Banyak orang merasa pekerjaan mereka nggak cocok, kantor mereka nggak cocok, orang – orang-nya nggak cocok, atau alasan lain yang intinya menyalahkan bagian luar dari diri mereka. Lalu buru-buru pindah kerja, tapi dalam bidang yang sama, hanya untuk mengalami hal yang sama lagi. Mungkin, masalahnya bukan pada kerjaannya, lalu dimana masalahnya ?
Pernah nggak kamu ngerasa begini?
Baru kerja beberapa bulan, tapi udah ngerasa nggak cocok. Lalu buru-buru pindah ke tempat baru, berharap suasananya beda, orang-orangnya lebih suportif, atau pekerjaannya lebih “gue banget”. Tapi setelah pindah ke kerjaan yang baru, ke kantor yang baru, ketemu dengan orang – orang yang baru, ternyata rasanya sama aja. Bukan karena kantornya jelek. Bukan karena atasannya toxic. Bukan karena pekerjaan itu nggak cocok. Mungkin… karena kamu sendiri belum tahu sebenarnya mau ke mana hidupmu.
Siklus yang berulang, tapi nggak kamu sadari.
Fenomena macam ini bukan cuma milik kamu seorang, banyak orang yang jadi terjebak dalam sikulus yang sama;
* Ngerasa excited di awal kerja.
* Lalu mulai jenuh, bingung, nggak semangat.
* Akhirnya resign atau pindah.
* Lalu ngulang siklus yang sama di tempat baru.
Yang disalahin: biasanya tempat kerjanya.
Yang diubah: biasanya lingkungannya.
Yang tetap: biasanya arah hidupnya sendiri.
Target Hidup yang Bukan Milik Kita
Saya pernah kenal seseorang yang dalam 4 tahun kerja, udah pindah lebih dari 6 tempat kerja. Setiap tempat dia datangi dengan harapan besar: “Mungkin di sini gua nemuin yang cocok,” tapi kenyataannya yaa selalu sama: rasa bosan, rasa nggak nyambung, rasa nggak bersemangat dan akhirnya resign lagi. Dia bukan malas. Dia bukan nggak berbakat. Dia hanya belum tahu sebenarnya apa yang sedang dia kejar dalam hidup ini.
Nggak usah khawatir kalau kamu mungkin adalah orang yang saya ceritakan diatas, saya juga dulu kayak gitu! Bahkan banyak orang – orang yang saat ini kita lihat sukses luar biasa, pernah mengalami hal kayak gini.
Howard Schultz, Pendiri Starbucks, ia juga sempat kehilangan arah dalam ekspansi bisnis, dan kondisi ini justru saat orang lain melihat bahwa Starbucks sedang dalam posisi terbaiknya, sudah berkembang besar dan go public. Tapi disaat puncak, seperti anggapan orang kebanyakan, justru ia merasa “kehilangan jiwa” dari bisnis yang dulu ia bangun. Ia berkata: “I was so focused on growth and expansion, I forgot why I started Starbucks in the first place.” Dia akhirnya kembali memimpin perusahaan dan berusaha mengembalikan nilai-nilai inti yang dulu membuat bisnis itu bermakna bagi dirinya. Ini menunjukkan bahwa tanpa arah dan tujuan yang sejati, kesuksesan bisnis pun bisa terasa hampa.
Kalau suka baca, mungkin kamu tahu, aktor Hollywood yang sukses, Jim Carrey, ia bahkan mengalami depresi mendalam dan kehilangan arah, justru saat ia ada di puncak karier-nya. Dalam sebuah wawancara, dia bilang bahwa, “I think everybody should get rich and famous and do everything they ever dreamed of so they can see that it’s not the answer.” Ia sadar, bahwa kekayaan dan ketenaran tidak bisa menjawab pertanyaan terdalam tentang makna dan tujuan hidupnya.
Solusi: Berhenti Sebentar. Tanya Ulang.
Biar nggak terjebak dengan kejadian sama, terperangkap dalam siklus yang berulang, gimana dong solusinya ? Ini mungkin perlu dipertimbangkan buat jadi solusi: Kadang yang kita butuhkan bukan tempat kerja baru, tapi keberanian untuk berhenti sejenak. Untuk tanya ulang ke diri sendiri:
* Apa yang sebenarnya saya kejar?
* Buat siapa saya ngejar semua ini?
* Apakah ini keinginan saya… atau harapan orang lain?
Dan dari pertanyaan-pertanyaan itulah, arah bisa mulai terbentuk.
Kalau Kamu Lagi Bingung, Kamu Nggak Sendirian
Untuk jawab pertanyaan – pertanyaan diatas, tentu saja, perlu keberanian untuk jujur. Sama seperti saya dulu ketika berusaha menjawabnya, awal mulanya ya ngaco, seperti mengarang bebas. Tapi saat ketemu satu moment tenang dimana saya benar – benar bisa melihat ke dalam diri sendiri, jawaban yang jujur mulai digerakkan oleh tangan saya yang mulai menuliskannya di buku tulis. Anyway, memang pengalaman menulis di buku tulis, kalau dibandingin sama menulis di handphone, ipad, laptop atau gadget lainnya, memang beda! Rasain deh! Proses – proses saya buat menjawab hal – hal diatas, termasuk menjawab hal – hal yang menurut saya jadi masalah ketidakjelasan dalam hidup itu, saya dokumentasikan. Mulai dari masa-masa penuh kebingungan, refleksi, sampai mulai melihat arah hidup lebih jelas — ke dalam sebuah buku digital: Ebook Anti Bingung. Kamu bisa download 3 bab pertamanya, klik BACA EBOOK.
At the end, balik lagi ke pembahasan utama kita, jadinya, kalau kamu terus merasa nggak cocok di mana pun kamu berada… mungkin perlu dipertimbangkan dan dipertanyakan, apakah tempatnya yang salah ? Apakah pekerjaannya yang salah ? Apakah orang – orangnya yang salah ? Atau mungkin, sebenarnya mereka semua nggak salah, tapi karena kamu-nya belum tahu sebenarnya kemana kamu ingin melangkah ? Siapa yang bisa jawab pertanyaan itu ? Satu – satunya yang bisa jawab, yaaa diri kamu sendiri. Iya atau iya ?