Hidup terlihat normal, stabil, dan baik-baik saja—tapi kenapa tetap merasa kosong? Bisa jadi karena kamu belum menemukan tujuan hidup yang sebenarnya.
Rani adalah manajer di perusahaan pembiayaan multinasional. Usianya 33 tahun, dia sudah punya rumah sendiri, juga punya mobil, dan menikah dengan orang yang katanya ‘perfect match’. Orang lain yang melihat kehidupannya dari luar, pasti menilai bahwa kehidupannya sukses, hebat dan membanggakan untuk anak muda seusianya. Tapi, kita nggak pernah tahu bagaimana sesungguhnya yang terjadi dalam kehidupannya, isi hatinya, kegelisahannya. Malam – malam tertentu, dia duduk di kamar mandi selama 20 menit, hanya untuk diam, merenung, bukan karena stress mikirin hal yang related sama kerjaannya, tapi ia sering mempertanyakan, “kok, hidup gua gini – gini aja ya ?”
Di tengah semua hal yang menurut orang luar adalah kehidupan yang sempurna, ia masih mempertanyakan hal – hal yang penting buat “dirinya” bukan semata tentang materi tentunya. Ia malah mulai iri dengan teman kuliahnya, yang saat ini sibuk jadi volunteer berkeliling desa di Indonesia bagian timur. Hidup temannya, mungkin secara ekonomi, jauh lebih sederhana, dan mungkin nggak nyaman buat sebagian orang, tapi ada sesuatu yang nggak didapatkan sama Rani dari pekerjaannya sekarang. Sebuah rasa tentang hidup! – itu yang menghilang.
Kisah Rani diatas, mungkin jadi ilustrasi yang mirip dengan apa yang kamu alami saat ini ? Mungkin terlihat dari luar, semua baik – baik saja. Punya pekerjaan yang ok, gaji cukup, rumah juga sudah punya, mungkin sudah menikah, tapi tetap saja, ada rasa kosong, yang nggak bisa dijelasin. Ada sesuatu yang perlu diisi, tapi masih belum tahu, diisi dengan apa ya ? Dari luar, semua kelihatan stabil, tapi dari dalam, ada kegelisahan, seperti ada sesuatu yang kurang, tapi sayangnya, kamu sendiri juga nggak itu, apa itu yang kurang?
Beberapa referensi hasil survey dan penelitian ternyata memberikan indikasi bahwa hal seperti ini, bukanlah hal baru – tapi sudah sejak dulu ada, bukanlah hal yang kamu sendiri yang mengalami – tapi jutaan orang di berbagai belahan dunia, merasakan hal yang sama. Beberapa survey dan penelitian itu, diantaranya :
Survei Gallup Global Emotions Report 2023, 44% orang di dunia merasa stress dan cemas setiap hari meskipun secara ekonomi dan pekerjaan mereka dalam kondisi stabil. Banyak dari mereka menjawab “I’m fine” ketika ditanya. Meskipun dalam dirinya mengalami “inner emptiness.”
Penelitian dari Harvard Study of Adult Development, yang diadakan tahun 1938, juga menemukan bahwa : Hubungan yang bermakna dan rasa tujuan hidup, ternyata jauh lebih berpengaruh terhadap kebahagiaan dan kesehatan jangka panjang, jika dibandingkan dengan uang dan jabatan.
Journal of Positive Psychology (2017), mendapatkan hasil bahwa orang yang tidak memiliki “clear sense of purpose” dalam hidup menunjukkan skor kebahagiaan 40% lebih rendah, meskipun penghasilan dan karier mereka tergolong mapan.
Jadi wajar, kalau hal – hal seperti cerita Rani tadi juga kita alami dalam hidup. Kenyataannya memang nggak sedikit orang yang mengalaminya, mereka diam – diam terus mencari jawaban dari beberapa pertanyaan – pertanyaan penting tentang hidup, pertanyaan itu seperti :
Kenapa saya nggak bahagia?
Apa yang sebenarnya saya cari?
Kok kayaknya hidup cuma muter-muter aja ya?
Merasa gelisah atas pertanyaan – pertanyaan itu tentu saja hal yang wajar. Yang jadi nggak wajar adalah, kalau kamu menganggap bahwa pertanyaan itu datang karena diri kamu lemah. Atau, dengan adanya pertanyaan itu, energi kamu malah jadi ketarik, jadi low, nggak bersemangat, malah jadi nggak punya gairah dalam menjalankan hidup.
Sesuai dengan namanya, yaitu “Pertanyaan” maka, adalah tugas kita untuk menjawabnya. Pertanyaan ini seperti jiwa-mu yang sedang memanggil. Kamu boleh memilih untuk menerima panggilan itu atau menolak dan mengabaikannya. Tapi, jika kamu memilih untuk menerima panggilan jiwamu, mulai meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan itu, maka, besar kemungkinan kamu akan menemukan arah yang lebih dalam, yang membawa kamu pada “rasa” yang kamu harapkan seiring dengan makin jelasnya arah hidup kamu.
Wajar untuk merasakan semua kegelisahan itu, tapi jangan tekan rasa kegelisahan itu, jangan abaikan dan jangan remehkan rasa kosong yang kamu rasakan. Kadang, itu bukan karena hidupmu yang salah, bukan juga karena kamu nggak bersyukur atau kurang bersyukur, tapi bisa jadi, karena kamu belum menemukan jawaban tentang “rasa dalam hidup” yang kamu inginkan. Mungkin ini saatnya kamu mulai bertanya lagi: “Aku hidup untuk apa?”